Tuesday, January 15, 2019

Ada

Ada yang dulu saling tak mengenal
Berlalu lalang sebagai orang asing, tanpa beban, tanpa warna apapun
Kertas itu masih bersih, mencoba siap untuk dilukiskan

Ada yang dulu memilih, hadir tanpa diundang
Bahkan rasanya pantas pun belum untuk terjun
Tertatih melangkah, masuk ke dalam dunianya

Ada yang dulu ada, sebagai telinga untuk saling bercerita
Berbagi tawa melihat dunia yang kejam
Yang tersenyum untuk sekedar menguatkan

Dan pada akhirnya, ia juga yang memilih pergi
Dengan dalih 'manusia paling hina' yang harus dia hindari
Tanpa alasan
Meletakkan kuasnya dan menggantinya dengan pisau
Merobek, berharap jejaknya takkan ada lagi
Dan sekarang, ada yang kembali saling tak mengenal
Berlalu lalang, tapi dengan rasa yang tertahan
Menahan untuk bangkit? Entahlah.

Iya, dunia selucu itu.
Tidak ada yang tau kapan kemudi itu akan berputar 180 derajat
Karena kita hanyalah seorang anak, yang diajak Ayahnya berkeliling dengan kendaraannya
Tidak ada yang tau, kapan kata 'ada' tetap menjadi 'ada'
Atau kata 'ada' jadi begitu perih

Jikalau 'manusia paling hina' ini boleh bicara,
Tapi mungkin baginya warnaku merusak kesempurnaannya.
Ya, mungkin hanya diam dan pergi
Mempercayai jalan dan kejutan dari Ayahnya selanjutnya, yang pasti akan baik seperti yang sudah sudah

Seperti katamu
Mengubah semua kata 'ada' menjadi 'tiada'


Dariku,
selembar kertas yang sudah disusun dan dilem kembali.